Sandiwara Langit… !!!!

Komentar Pembaca untuk Buku “Sandiwara Langit”

 

 

*Bohong bila tidak menangis saat membacanya. Kisah dalam buku ini, begitu memilukan.!! Kekatan buk ini adalah pada tutur bahasanya yang sederhana, dan realitas yang di paparkan secara begitu detil dan mengaharukan. Sangat layak dibaca…..

Burhanuddien

Guru SDIT, Makasar

*Sebuah kisah nyata yang sangat menarik.!! Kisah yang disampaikan dengan bahasa lugas, mengalir begitu saja, namun syarat makna dan hikmah syar’i yang dapat kita petik sebagai “ibrah” (pelajaran berharga) Yakni pelajaran untuk mendekatkan diri kepada Rabb. Sang pmilik alam semesta.

 

Rinto Todi.A.M.D

Buying Agent of Furniture, Magelang

 

*Sebuh kisah yang begitu Indah, dapat membuka hati dan fikiran, menajadikan pribadi yang lebih sabar dan Iklhas.

Eko Prasetyo

Penulis Ekoprasetyoblog

Buah Dari Kesabaran……

Buah Dari Kesabaran……

Pada saat kehidupan dirasa sudah tidak bersahabat, bahkan kehidupan juga telah dirasa sangat begitu berat, karena memang adanya suatu hal yang masih mengganjal di hati.

Namun tanpa kita sadari, dengan rasa itu, kita telah mengivestasikan tingkat kesabaran kita. sedangkan yang dapat kita lakukan hanya menanamkan keyakinan dalam kehidupan ini, bahwa di balik semuanya, telah tersiapkan suatu hal yang membawa kita menjadi pribadi yang lebih tegar dan kuat, sehingga dapat membawa kehidupan kita semakin sukses di masa depan.

Kehidupan juga dapat dilambangkan seperti huruf “J” yang mana ada kala kita sedikit turun, namun tidak terlalu jatuh, sehingga segara kembali naik.

Namun tanpa kita sadari bahwa tingkat kenaikan suatu hal tersebut hanya bersifat sementara, lambat laun kita akan kembali turun, Bahkan kita akan semakin turun dan terjatuh hingga tingkat level di paling bawah dan  disitu adalah ujian terberat setiap manusia, ketika dalam keterpurukan, ketika dalam masa keterputusasaan terkadang semua dapat menggoyahakan hati kita. sehingga memiliki kesimpulan mau meneruskan kehidupan apa cukup berhenti sampai disini saja.

Mungkin hal diatas dapat menjadi bahan perenungan untuk kita bersama, coba kita tengok kurva di samping, bahwasanya tingkat kenaikan sebuah prestasi akan dapat dirasakan ketika dia telah mengalami sebuah penurunanan level hingga tempat yang paling bawah.

Dimana kita harus lebih bersabar akan makna kehidupan. Jika kita selalu optimis, berjalan secara perlahan, sehingga grafiknya akan kembali naik hingga kenaikanya melebihi pada posisi semula.

Semoga dapat menjadi bahan perenungan untuk kita bersama. Sehingga dapat menjadikan pribadi diri kita, menjadi lebih sabar dan Iklhas.

“Semakin baik jalan yang kamu pilih, akan semakin banyak rintangan dan godaanya. Semakin tinggi bukit yang kamu daki, akan semakin hebat kepenatan yang kamu rasakan. Namun hanya orang yang berjiwa kerdil yang memilih hidup tanpa pendakian”

Posted By Eko Prasetyo

New Launching PT KRIDA KENCANA.

Bismillahirrahmanirrahim ………

04 Nopember 2013 New Launching PT KRIDA KENCANA.


Perusahaan yang telah dirintis sekian lama, oleh tim2 terbaik.. Alhamdulilah… … hari ini mulai di rilis. Perusahaan yang merupakan Engineering Company, yang fokus pada bidang mechanical, electrical, machinary ( pembuatan mesin ) Automation ( Otomatisasi, IT, Telcom dan perdangangan umum.

PT KRIDA KENCANA selaku kontraktor, machine maker, system integrator, maupun distributor & agen dari produk / part / instrument handal & tersertifikasi. yakni; OMRON, APEX INSTRUMENT, GFG, APOGEE IMAGING SYSTEM, SMC PNEUMATICS, TETLOW FURNACE dan produk terbaik lainnya serta didukung tenaga-tenaga potensial muda dari berbagai disiplin ilmu serta berpengalaman dibidangnya berupaya memberi hasil terbaik disertai dengan garansi produk & garansi kualitas engineering.

Kami mohon dukungan, dan Doanya


Izinkan Dedek dapat memelukmu kembali Abii

Pagi itu suasana cukup dingin dan sejuk dengan kicauan burung saling bersautan. Ya, suatu gambaran suasana desa yang masih begitu asri sedangkan nampak dari kejauhan ada beberapa orang sedang berjalan- jalan, berlari lari kecil, dan ada juga yang sedang duduk – duduk santai.

Dari bebarapa orang tersebut ada sebuah keluarga kecil yang sedang asik bercanda gurau.Ya, Ternyata keluarga itu adalah seorang Abi, Umi dan Dedek Kecil asik bercanda sambil sesekali menghirup udara segar.

Tak selang lama Abii mulai memulai percakapan….
Abii    : Hufffff……..( menghirup udara pagi ) enak ya Umi jika alam ini selalu terjaga dengan baik, sehingga kita bisa merasakan keindahanya.

Umi     : Iya Abii….” Umi juga selalu berharap semoga cinta keluraga kecil kita selalu terjaga dengan Baik. Sehingga kita dapat merasakan keindahanya selamanya. (Tersenyum)

Abii    : Iya Umii….” Abii juga ingin melihat Dedeq dapat tumbuh den berkembang menggapai semua angan dan cita – cita lalu dapat selalu membuat kita tersenyum manis padanya. ( seraya mengelus kepala dedek kecil itu) Dedek lagi mainan apa….

Dedek     : Ini Abii,( sambil menengok ke arah Abii) Dedeq lagi mengambar Abi sama Umi lagi gandeng Dedeq. (Sambil tersenyum dengan keluguanya)

Abii    : Dedek Sayang Abi sama Umi ya..

Dedek    : Dedek Sayang Abii sama Umi ( dengan suaranya yang masih agak kurang jelas)

Abiii    : ( Terseyum )

Tak lama kemudian HP pun berbunyi ( Ada Telfon dari tempat kerjanya untuk melakukan dinas keluar kota, entah sampai kapan waktunya tidak di tentukan)

Abii    : Umii, Abii dapat tugas ke luar kota, entah sampai kapan waktu tidak tentukan.

Umii     : ( dengan raut muka yang sedikit kwatir) Abii ndak lama kan.??

Abii     : Abii akan segera pulang untuk Umi dan Dedeq.

Umii    : ( Terdiam )

Abii     : Umi Kenapa kok Diam.??

Umii     : Abii, perasaan Umi tidak enak, Umi Kwatair dengan keadaan Abii.

Abii     : (Tersenyum) Umii, Kita sama – sama meminta kepada Allah, minta kebaikan Abii juga kebaikan untuk Umii dan Dedeq Insya Allah semua akan baik – baik saja.

Umii    : ( Mulai sedikit tersenyum )

Abii    : Dedek.??

Dedek     : Iya….. Abii.

Abbi    : Abii akan pergi dinas keluar kota, Dedek dirumah sama Umii tidak boleh nakal ya.

Dedek     : Iya.. Abii, Dedek ndak akan nakal ( Tersenyum ) Abii, Jangan lupa oleh – olehnya. “Jambu Merah” kesukaan Dedek.

Abii     : Iya…. Sayang, Abii akan bawa’in “Jambu Merah” yang banyak sekali.

Dedek : ( Menarik tangan Abi, lalu menggegamkan sesuatu ke tangan Abi) Dedek nitip ini ya Abii.

Abii     : ( Melihat kertas yang di gengamkan oleh Dedek, Ternyata sebuah gambar yang barusan di gambar oleh Dedek) Gambar Abii, Umi sedang menggandeng Dedek. ( Air Mata Abii tidak tertahan lagi )

Akhirnya meraka saling berpelukan……”

Malam harinya Abii terbangun, lalu menatap wajah Umii sama Dedek yang sedang tidur terlelap. Abii mengambil air wudhu..lalu membangunkan Umii untuk melaksanakan sholat malam lalu Abii sama Umi sholat berjamaah.

Setelah selesai Sholat.

Abii     : Umii,,” Abii Sayang sama Umi..

Umii     : Umii Juga Sayang sama Abii.

Abii     : Jaga Dedeq Baik – Baik ya.. Sayangi Dia, kasihi Dia, dengan kasih sayang terbaik Umi..

Umii     : Iyaa Abii…. Umii akan melaksanakan Amanah itu.

Lalu meraka saling menatap, entah kenapa kepergian Abbi saat itu adalah kepergian yang membewa firasat yang tidak enak.

Pagi harinya, Umii sudah menyiapkan segala perlengkapan untuk Abii dinas selama di luar kota, sedang Dedek sedang asik bermain di halaman rumah.

Ketika semua sudah siap, saatnya Abbi untuk berangkat…

Umi sama Dedek, ikut mengantar hingga halaman rumah.

Abii    : Umii….. Abii Berangkat ya… ( Seraya Mengecup keningya )

Umii    : Hati – hati ya Abii….. Umii Sayang Abii. ( Seraya Memejamkan mata )

Abii    : Dedek, Abii berangkat ya….

Dedek     : Iya Abiii…. ati – ati ya Abii… ( dengan keluguanya ) Nanti klo Abbi sudah pulang, jangan lupa, jambu merahnya.. ( Sambil tersenyum Manis )

Abii    : Iya Sayang…..( sambil meneteskan air mata )

Dedek     : Abii kenapa menangis….. ( Sambil mengusap Air Mata di Pipi Abii )

Abii     : Abii Sayang sama Dedek

Dedek     : (Tersenyum, Sambil Cium Pipi Abi) Dedek juga Sayang Abii

Seraya berat sekali meninggalkan langkah, hingga berdiri di samping Mobilnya dan menatap wajah Umi sama Dedek…. ( dengan tangan Dedek yang sedang melambai buat Abii )


Mencari Ilmu Iklhas

Kunci kehidupan ada 2 :

Sabar dengan UjianNYA

Iklhas dengan KehendakNYA.

Semoga dengan 2 Kunci itu dapat Meraih Mardhotillah J

Cerita Bersejarah tentang Nabi Ibrahim dan Ismail

Di kutip :

http://www.facebook.com/notes/quranic-explorer-kamus-indeks-al-quran/kisah-kesabaran-nabi-ismail-sejarah-hari-idul-adha/437286008444


Pada suatu hari, Nabi Ibrahim AS menyembelih kurban fisabilillah berupa 1.000 ekor domba, 300 ekor sapi, dan 100 ekor unta. Banyak orang mengaguminya, bahkan para malaikat pun terkagum-kagum atas kurbannya.

“Kurban sejumlah itu bagiku belum apa-apa. Demi Allah! Seandainya aku memiliki anak lelaki, pasti akan aku sembelih karena Allah dan aku kurbankan kepada-Nya,” kata Nabi Ibrahim AS, sebagai ungkapan karena Sarah, istri Nabi Ibrahim belum juga mengandung.

Kemudian Sarah menyarankan Ibrahim agar menikahi Hajar, budaknya yang negro, yang diperoleh dari Mesir. Ketika berada di daerah Baitul Maqdis, beliau berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniai seorang anak, dan doa beliau dikabulkan Allah SWT. Ada yang mengatakan saat itu usia Ibrahim mencapai 99 tahun. Dan karena demikian lamanya maka anak itu diberi nama Isma’il, artinya “Allah telah mendengar”. Sebagai ungkapan kegembiraan karena akhirnya memiliki putra, seolah Ibrahim berseru: “Allah mendengar doaku”.

Ketika usia Ismail menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke-8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu (janjimu).”

Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah SWT atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah (artinya, berpikir/merenung).

Pada malam ke-9 di bulan Dzulhijjah, beliau bermimpi sama dengan sebelumnya. Pagi harinya, beliau tahu dengan yakin mimpinya itu berasal dari Allah SWT. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah (artinya mengetahui), dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah.

Malam berikutnya lagi, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang serupa. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan nazarnya (janjinya) itu. Karena itulah, hari itu disebut dengan hari menyembelih kurban (yaumun nahr). Dalam riwayat lain dijelaskan, ketika Nabi Ibrahim AS bermimpi untuk yang pertama kalinya, maka beliau memilih domba-domba gemuk, sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya. Beliau mengira bahwa perintah dalam mimpi sudah terpenuhi. Untuk mimpi yang kedua kalinya, beliau memilih unta-unta gemuk sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya, dan beliau mengira perintah dalam mimpinya itu telah terpenuhi.

Pada mimpi untuk ketiga kalinya, seolah-olah ada yang menyeru, “Sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu agar menyembelih putramu, Ismail.” Beliau terbangun seketika, langsung memeluk Ismail dan menangis hingga waktu Shubuh tiba. Untuk melaksanakan perintah Allah SWT tersebut, beliau menemui istrinya terlebih dahulu, Hajar (ibu Ismail). Beliau berkata, “Dandanilah putramu dengan pakaian yang paling bagus, sebab ia akan kuajak untuk bertamu kepada Allah.” Hajar pun segera mendandani Ismail dengan pakaian paling bagus serta meminyaki dan menyisir rambutnya. 

Kemudian beliau bersama putranya berangkat menuju ke suatu lembah di daerah Mina dengan membawa tali dan sebilah pedang. Pada saat itu, Iblis terkutuk sangat luar biasa sibuknya dan belum pernah sesibuk itu. Mondar-mandir ke sana ke mari. Ismail yang melihatnya segera mendekati ayahnya.

“Hai Ibrahim! Tidakkah kau perhatikan anakmu yang tampan dan lucu itu?” seru Iblis.

 “Benar, namun aku diperintahkan untuk itu (menyembelihnya),” jawab Nabi Ibrahim AS.

 Setelah gagal membujuk ayahnya, Iblis pun datang menemui ibunya, Hajar. “Mengapa kau hanya duduk-duduk tenang saja, padahal suamimu membawa anakmu untuk disembelih?” goda Iblis.

“Kau jangan berdusta padaku, mana mungkin seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar.

“Mengapa ia membawa tali dan sebilah pedang, kalau bukan untuk menyembelih putranya?” rayu Iblis lagi.

“Untuk apa seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar balik bertanya.

“Ia menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu”, goda Iblis meyakinkannya.

“Seorang Nabi tidak akan ditugasi untuk berbuat kebatilan. Seandainya itu benar, nyawaku sendiri pun siap dikorbankan demi tugasnya yang mulia itu, apalagi hanya dengan mengurbankan nyawa anaku, hal itu belum berarti apa-apa!” jawab Hajar dengan mantap.

Iblis gagal untuk kedua kalinya, namun ia tetap berusaha untuk menggagalkan upaya penyembelihan Ismail itu. Maka, ia pun menghampiri Ismail seraya membujuknya, “Hai Isma’il! Mengapa kau hanya bermain-main dan bersenang-senang saja, padahal ayahmu mengajakmu ketempat ini hanya untk menyembelihmu. Lihat, ia membawa tali dan sebilah pedang,”

 “Kau dusta, memangnya kenapa ayah harus menyembelih diriku?” jawab Ismail dengan heran. “Ayahmu menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu” kata Iblis meyakinkannya.

“Demi perintah Allah! Aku siap mendengar, patuh, dan melaksanakan dengan sepenuh jiwa ragaku,” jawab Ismail dengan mantap.

Ketika Iblis hendak merayu dan menggodanya dengan kata-kata lain, mendadak Ismail memungut sejumlah kerikil ditanah, dan langsung melemparkannya ke arah Iblis hingga butalah matanya sebelah kiri. Maka, Iblis pun pergi dengan tangan hampa. Dari sinilah kemudian dikenal dengan kewajiban untuk melempar kerikil (jumrah) dalam ritual ibadah haji.

Sesampainya di Mina, Nabi Ibrahim AS berterus terang kepada putranya, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?…” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102). 

“Ia (Ismail) menjawab, ‘Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah! Kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).

Mendengar jawaban putranya, legalah Nabi Ibrahim AS dan langsung ber-tahmid (mengucapkan Alhamdulillâh) sebanyak-banyaknya. 

Untuk melaksanakan tugas ayahnya itu Ismail berpesan kepada ayahnya, “Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku agar aku tidak bergerak-gerak sehingga merepotkan. Telungkupkanlah wajahku agar tidak terlihat oleh ayah, sehingga tidak timbul rasa iba. Singsingkanlah lengan baju ayah agar tidak terkena percikan darah sedikitpun sehingga bisa mengurangi pahalaku, dan jika ibu melihatnya tentu akan turut berduka.”

“Tajamkanlah pedang dan goreskan segera dileherku ini agar lebih mudah dan cepat proses mautnya. Lalu bawalah pulang bajuku dan serahkan kepada agar ibu agar menjadi kenangan baginya, serta sampaikan pula salamku kepadanya dengan berkata, ‘Wahai ibu! Bersabarlah dalam melaksanakan perintah Allah.’ Terakhir, janganlah ayah mengajak anak-anak lain ke rumah ibu sehingga ibu sehingga semakin menambah belasungkawa padaku, dan ketika ayah melihat anak lain yang sebaya denganku, janganlah dipandang seksama sehingga menimbulka rasa sedih di hati ayah,” sambung Isma’il.

Setelah mendengar pesan-pesan putranya itu, Nabi Ibrahim AS menjawab, “Sebaik-baik kawan dalam melaksanakan perintah Allah SWT adalah kau, wahai putraku tercinta!”

 
 

Kemudian Nabi Ibrahim as menggoreskan pedangnya sekuat tenaga ke bagian leher putranya yang telah diikat tangan dan kakinya, namun beliau tak mampu menggoresnya.

Ismail berkata, “Wahai ayahanda! Lepaskan tali pengikat tangan dan kakiku ini agar aku tidak dinilai terpaksa dalam menjalankan perintah-Nya. Goreskan lagi ke leherku agar para malaikat megetahui bahwa diriku taat kepada Allah SWT dalam menjalan perintah semata-mata karena-Nya.”

Nabi Ibrahim as melepaskan ikatan tangan dan kaki putranya, lalu beliau hadapkan wajah anaknya ke bumi dan langsung menggoreskan pedangnya ke leher putranya dengan sekuat tenaganya, namun beliau masih juga tak mampu melakukannya karena pedangnya selalu terpental. Tak puas dengan kemampuanya, beliau menghujamkan pedangnya kearah sebuah batu, dan batu itu pun terbelah menjadi dua bagian. “Hai pedang! Kau dapat membelah batu, tapi mengapa kau tak mampu menembus daging?” gerutu beliau.

Atas izin Allah SWT, pedang menjawab, “Hai Ibrahim! Kau menghendaki untuk menyembelih, sedangkan Allah penguasa semesta alam berfirman, ‘jangan disembelih’. Jika begitu, kenapa aku harus menentang perintah Allah?”

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (bagimu). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 106)

Menurut satu riwayat, bahwa Ismail diganti dengan seekor domba kibas yang dulu pernah dikurbankan oleh Habil dan selama itu domba itu hidup di surga. Malaikat Jibril datang membawa domba kibas itu dan ia masih sempat melihat Nabi Ibrahim AS menggoreskan pedangnya ke leher putranya. Dan pada saat itu juga semesta alam beserta seluruh isinya ber-takbir (Allâhu Akbar) mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran kedua umat-Nya dalam menjalankan perintahnya. Melihat itu, malaikai Jibril terkagum-kagum lantas mengagungkan asma Allah, “Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar”. Nabi Ibrahim AS menyahut, “Lâ Ilâha Illallâhu wallâhu Akbar”. Ismail mengikutinya, “Allâhu Akbar wa lillâhil hamd”. Kemudian bacaan-bacaan tersebut dibaca pada setiap hari raya kurban (Idul Adha).

Posteb by